Omah Lestari

2025

Di balik nama Omah Lestari, tersimpan harapan yang lembut namun kuat. Wujud fisiknya menjadi pintu bagi sesuatu yang lebih dalam, ia adalah wadah yang merawat ingatan, menumbuhkan keterhubungan, dan menyimpan jejak nilai yang hidup dalam keseharian penghuninya. Omah, dalam bahasa Jawa, berarti rumah; dan Lestari berarti abadi, terjaga, dan tidak lekang oleh waktu. Rumah ini tak berhenti pada fungsi tinggal, Omah Lestari mengajak untuk merasa dan menjaga: menjaga budaya, menjaga alam, dan menjaga manusia yang bertumbuh di dalamnya.


Dalam Lestari Budaya, arsitektur rumah ini menyeru kembali pada memori tentang kampung halaman dan kebersahajaan masa lalu. Mengadaptasi bentuk dan filosofi rumah joglo, Omah Lestari menghidupkan ulang kehangatan khas rumah Jawa. Tempat yang terasa seperti pulang, meski berada di tanah mana pun. Pendopo yang terbuka menyambut tamu yang datang, menjadi gambaran ruang keramahtamahan yang tidak menutup diri namun tetap menjaga batas. Di dalamnya, ruang-ruang komunal diciptakan minim sekat agar keluarga bisa berkumpul, bercengkerama, dan memperkuat interaksi. Sekat ringan antara pendopo dan ruang dalam pun dapat dibuka sepenuhnya, memungkinkan ruang meluas secara fleksibel saat keluarga besar datang, mempererat rasa guyub yang menjadi jiwa dari rumah ini.


Lestari Alam menjadi jiwa lain dari rumah ini, untuk menyatukan diri dengan lingkungan disekitarnya. Alam tidak hanya dipandang sebagai latar, tetapi sebagai bagian dari isi rumah itu sendiri. Dari material yang dipilih, tekstur yang dimainkan, hingga bukaan-bukaan yang menghubungkan ruang; semuanya dirancang agar cahaya, angin, dan suara alam bisa ikut tinggal. Rumah ini mengalir bersama iklim tropis Nusantara, ia bernapas bersama angin yang melintas dari bukaan ke bukaan, menghidupkan rasa petualangan dan keterhubungan dengan alam yang tidak pernah selesai.


Melengkapi napasnya sebagai ruang hidup, Lestari Huni menjadikan Omah Lestari tempat bernaung yang tumbuh bersama penghuninya. Ia hadir sebagai pendamping yang memahami ritme waktu dan perubahan manusia. Dirancang dengan kesadaran akan perjalanan usia, rumah ini merespons kebutuhan hari ini sambil menyiapkan langkah menuju hari tua. Ruang hobi dan perpustakaan kecil di lantai atas sengaja diletakkan dengan sedikit tantangan, bukan untuk mempersulit, melainkan sebagai ajakan halus untuk terus bergerak. Di sela-sela rumah juga disisipkan kantung aktivitas seperti kebun kecil, kolam ikan, hingga bangku yang menghadap taman. Karena bagi rumah ini, kenyamanan sejati tak hanya soal istirahat, tapi juga tentang hidup yang tetap mengalir pelan namun penuh rasa.


Omah Lestari mencoba memberikan pengalaman bahwa pulang tak selalu soal lokasi, kadang ia berupa ruang yang menyambut dengan makna. Hal-hal yang paling bernilai seringkali tak kasat mata: keakraban yang tumbuh tanpa paksaan, kedekatan yang muncul dari keterbukaan, dan kenyamanan yang terwujud dalam kesederhanaan. Rumah ini tidak hanya melindungi tubuh, tetapi juga menjaga memori, dan kebiasaan baik yang pelan-pelan dibentuk. Dari budaya yang diwariskan, alam yang dirangkul, hingga tubuh yang menua, semuanya dijaga dengan lembut. Maka Omah Lestari bukan sekadar warisan fisik, tapi warisan rasa: tentang bagaimana hidup bisa terus bergerak sambil tetap berpijak pada dasar yang menenangkan.