Rumah Teras adalah sebuah proyek hunian di atas lahan seluas 46 m², dirancang untuk sebuah keluarga kecil—sepasang suami istri dan seorang anak perempuan—yang, di tengah keterbatasan lahan, harus beradaptasi dengan ruang tinggal yang compact, namun tetap berupaya menciptakan suasana yang hangat dan nyaman. Nama “Rumah Teras” lahir dari lokasi tanah yang istimewa: sebuah bidang kecil di teras rumah orang tua sang istri, tempat penuh kenangan masa kecil dan kedekatan emosional yang lekat. Di tengah keterbatasan lahan, keinginan untuk tetap terbuka dan menyambut tak luntur. Lantai pertama pun menjadi ruang pertemuan: sederhana, hangat, dan terbuka—menghubungkan dalam dan luar, serta menjadi titik awal dari ketenangan. Rumah ini pun bercerita tentang bagaimana ruang kecil dapat ditata dengan penuh kecermatan, mengundang cahaya alami dan mengalirkan udara segar, menjadikan setiap inci ruang hadir dengan fungsi yang utuh. Keindahannya tidak terletak pada kemewahan, tetapi pada kemampuannya menggali potensi ruang secara jujur—dalam kesederhanaan yang menyimpan makna.
Desain Rumah Teras mengajak penghuninya untuk merenung dan memahami kembali apa yang sebenarnya dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam setiap ruangan, rumah ini berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang cukup atau lebih, dengan menyelami konsep ruang yang fungsional namun tetap nyaman. Lantai pertama dirancang sebagai area multifungsi yang fleksibel, mampu mengakomodasi berbagai kegiatan keluarga, baik untuk bersantai maupun menjamu tamu. Ketika diperlukan, ruang ini dapat terhubung langsung dengan area luar, memperluas potensi rumah meski dalam batasan lahan yang terbatas, tanpa mengorbankan privasi yang sangat dijaga. Di lantai kedua, rumah ini menyajikan zona privat yang lebih tenang dan intim, dikhususkan untuk penghuni keluarga.
Di tengah riuh kawasan pemukiman yang padat, rumah ini hadir sebagai jeda. Rumah yang kemudian menjelma menjadi oasis—menyaring kebisingan, mengendapkan polusi, menyisakan hanya ketenangan. Fasad dirancang sederhana namun penuh makna, memanfaatkan apa yang ada tanpa kehilangan kehangatan. Sementara itu, bagian dalam rumah menampilkan suasana yang menenangkan, menjadi tempat berlindung dari kebisingan dan polusi di luar.
Rumah ini memiliki dua muka yang berbeda, masing-masing memberikan respons terhadap konteksnya. Muka pertama yang tertutup menghadap jalan utama, melindungi rumah dari kebisingan dan debu, serta memberikan rasa aman dan privasi. Sementara itu, muka kedua lebih terbuka, menghadap ke gang yang lebih tenang, memungkinkan udara segar mengalir ke dalam rumah. Ini juga menjadi pintu masuk utama untuk kegiatan sehari-hari, memberikan kesan yang lebih bersahabat dan intim, dengan privasi yang tetap terjaga. Keberadaan dua muka ini bukan hanya sebuah solusi desain, namun juga respons terhadap kebutuhan keluarga yang dikelilingi oleh orang-orang terdekat, serta kebutuhan untuk menciptakan keseimbangan antara keterbukaan dan ketertutupan.
Secara keseluruhan, Rumah Teras adalah tempat untuk berlindung dan pulang, menemukan ketenangan di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Rumah ini adalah sebuah pernaungan, sebuah paduan irama kehidupan yang bergerak dalam kesederhanaan, namun sarat dengan makna. Di dalamnya, penghuni menemukan kedamaian dan ruang untuk tumbuh, dalam harmoni yang tercipta melalui desain yang menyelami kebutuhan sesungguhnya dari setiap penghuninya.