Adalah sebuah proyek hunian terjangkau yang didesain untuk sepasang suami istri muda dengan dua anak kecil yang ingin memiliki tempat tinggal sederhana yang mengakomodasi kebutuhan mereka secara spesifik. Proyek ini berfokus pada bagaimana mengefisienkan luasan ruang dan material karena dihadapkan pada budget yang sangat terbatas dan kondisi lahan yang masih cenderung mentah.
Dalam konteks luasan, definisi ruang dibuat menjadi menjadi lebih fleksible sehingga dapat menghadirkan banyak aktivitas dalam ruang yang terbatas. Lantai dasar sebagai ruang servis dan ruang terbuka untuk aktivitas berkumpul/ masak/ makan/ bermain/ menjamu/ berolah raga/ bercocok tanam/ bersantai dan lain sebagainya. Kehadiran inner courtyard sebagai ruang semi outdoor yang sudah “masuk” ke dalam rumah untuk menjamu tamu secara “pantas” tanpa mengganggu aktivitas anggota keluarga lain di dalam rumah, namun bisa pula difungsikan sebagai perpanjangan ruang hanya dengan membuka penuh pintu lipat yang membatasi kedua ruang. Sedangkan lantai atas difungsikan untuk aktivitas privat penghuni rumah yaitu tidur/ belajar. Secara luasan, setiap ruang dibuat cukup dan efisien.
Lokasi lahan yang berada di tengah pemukiman di pinggir kota Bogor membuat Rumah Pasir Jambu diharapkan bisa cukup humble dan tidak memancing atensi berlebih dari lingkungan sekitar yang tingkat keamanannya cukup rendah.
Pemakaian material sederhana dan ekspos kemudian menjadi solusi yang dirasa cukup efisien untuk tetap humble sekaligus solusi lain untuk menekan budget. Selain itu penerapan material konvensional secara tidak konvensional juga menjadi pertimbangan yang kemudian mengarah pada pengeksplorasian material yang lebih luas. Dinding rumah dikombinasikan antara dinding bata ringan dan dinding rangka yang ditutupi gypsum dan bahan atap selulosa bitumen. Sebagian besar dinding dalam rumah berupa bata ringan ekspos, sebagian besar lantai berupa semen ekspos, sebagian lantai berupa keramik 20x20 cm dan sebagian lain lantai berupa bata merah yang disusun yang kemudian menghasilkan kombinasi warna, pola dan tekstur menarik yang terbentuk dari warna dan pola dasar material itu sendiri.
Bambu yang banyak ditemukan di lahan menjadi inspirasi untuk diaplikasikan sebagai plafond dan sebagai pola langit-langit dak ekspos di atas dapur. Beberapa komponen desain juga merupakan material sisa proyek atau sisa produksi yang menghasilkan keberagaman yang diatur sedemikian rupa agar harmonis.
Pada proyek ini kondisi eksisting lahan
yang sangat dekat dengan alam merupakan nilai plus yang dapat meningkatkan
kualitas ruang. Potensi alam membentuk kenyamanan thermal, visual, dan audial
yang menyatu dengan arsitektur. Dalam pandangan manusia yang menghuni, hal-hal
ini kemudian dapat meningkatkan apresiasi terhadap produk arsitektur.
Located in the Bogor area, Rumah Pasir Jambu is a project budget house located in a family complex in the middle of a residential area on the outskirts of the city. The site is a 96m2 land area with lots of bamboo trees, with a building area of approximately 75m2. Having experience living in rural areas, makes clients accustomed and comfortable living in areas close to nature.
With a limited budget initially, the client did not think that he could have a house designed by an architect. In the design process, there is complete trust given by the client to the architect, so that in choosing materials the architect has the freedom to explore. With budget considerations, some materials were substituted but still with an emphasis on the function and durability of the substituted materials. Discussions about the spaces presented are also permeated and explored to see what the client really needs. Surely there is tolerance from both parties given in order to achieve budget efficiency.
It is what the client feels after occupying the guava sand house for approximately 1 year. How unconsciously there are their daily habits that are changed from the results of the design. From the love for the architecture of the buildings they live in, there is a habit of maintaining order, choosing functional items for homes with limited space, and time efficiency in carrying out activities that effect the continuity of all parts of the house.
From the sand guava house, it can be said that building a house with a limited budget can produce exploratory and comfortable design possibilities, and that architects can contribute to all walks of life. Like a match, of course in the process the architect and the client must trust each other, communicate with each other, express each other, listen to, and understand the problems, solutions and consequences of the chosen design.
In its exploration, many thoughts are tried to be explored. What if the wall does not always have to be a wall material? How to use the materials on site, or recycle materials? What if there is material that does not need to be finished? And the more we explore, the more new things that can be explored in the process to produce designs on budget.